Monday, November 5, 2007

Gara-gara SIM C dah mau kadaluarsa, kalo mau kemana-mana naik motor agak sedikit khawatir takut udah lewat tanggal berakhirnya SIM, trus terkena razia tilang, kan luput namanya. Namun karena kesibukan yang menyita waktu niat memperbaharui SIM C yang sudah expired itu belum juga terwujud.

Ngomong-ngomong soal bikin SIM, di Indonesia mungkin bisa dibilang paling unik. Saya bilang 'mungkin', karena saya sendiri tidak tahu proses pembuatan SIM di luar Indonesia. Sekedar tahu juga hanya dari western films yang kayaknya bikin SIM sangat sulit. Yang umurnya harus sudah 17 tahun lah, yang musti bener-bener terampil mengemudi lah, dan yang pasti mesti tahu betul arti rambu-rambu lalulintas. Sampai-sampai mereka juga diuji di jalanan dengan didampingi petugas. Wuih serem kan..coba kalau itu diberlakukan di Indonesia, mungkin lalulintas akan lebih tertib dan manusiawi. Paling tidak, tidak sembarang orang yang bisa mengendarai kendaraan bermotor. Jumalah orang yang berkendara pun mungkin akan relatif lebih sedikit.

Setahun yang lalu saya mengantar sepupu yang membuat SIM C & SIM A di Tangerang. Sampai di pelataran parkir kami didatangi seseorang yang seperti berpakaian seragam (bukan polisi) langsung bertanya perpanjang SIM atau bikin baru. Tanpa ba-bi-bu dia langsung nawarin untuk jadi calo SIM dengan dalih biar lebih cepet. Namun karena cekaknya kantong maka tawaran itu kami tolak dengan halus. Sepupu tetap pada pendiriannya untuk mencoba mengikuti tes kendaraan.

Setelah selesai dengan tetekbengek pendaftaran tiba giliran untuk mencoba tes mengemudi kendaraan. Pertama tes mengemudi sepeda motor bisa dilewati dengan mulus. Giliran tes setir mobil, sepupu saya terlihat keder juga. Apa pasal, mobil yang digunakan adalah mobil kijang butut, tak ber-power stering bahkan kelihatannya setelan koplingnya juga kurang pas. Sehingga setiap tarikan pertama gigi satu setiap peserta terlihat kurang stabil. Wow...

Namun memang lagi beruntung akhirnya dapet juga tuh SIM A. Si butut berhasil ditaklukkan, sehingga lebih hemat ratus ribu dibanding jika membuat SIM dengan cara "tembak".

Yah begitulah gambaran pembuatan SIM di negri kita. Unik sekaligus juga nggilani, ada yang nembak ada yang nitip. Boro-boro tahu rambu lalulintas mengemudipun bahkan mungkin baru mau belajar. Ujung-ujungnya kecelakan di jalan meningkat dan secara tidak langsungpun semakin banyak kendaraan yang turun di jalan, macet semakin menggila. Sampai kapan yah masyarakat (kita) dan aparat sepakat untuk berbenah diri.

Yuuuk, mari berbenah diri.

1 comment:

rinthul said...

omong_omong cara bikin SIM neh, gue jg punya pengalaman bikin SIM di daerah. Critanya Gue plg kampung cuma 1 hari buat bikin SIM.
jam 10 gue dateng ke polres ma temen. wah disana rame bgt mau ampe jam berapa neh ngantrinya. Eh.. tiba tiba2 ada polisi muda dateng ke kita nanyai mau bikin SIM ya?trus dia bilang ikut masuk aja yuk.. ternyata di dalem gue bisa langsung foto trus bayar 450rb buat SIM C dan A. Polisi muda bilang dah sana pulang aja ntar saya anter SIMnya. Siang itu jg gue dah punya SIM baru. eh... ampe sekarang SIM A nya ga pernag dipake. soalnya ga bisa nyetir seh... :-)